News PBSI IKIPMu Maumere

Jumat, 28 Juli 2017

BURUAN DAFTAR...!!! KAMPUS BIRU IKIP MUHAMMADIYAH MAUMERE TELAH MEMBUKA PENDAFTARAN GELOMBANG KE-3 BAGI CALON MAHASISWA BARU

@News_PBSI- Kini kampus biru IKIP Muhammadiyah Maumere telah membuka gelombang ke-3 bagi mahasiswa baru tahun akademik 2017/2018.

Bagi anda, siswa lulusan SMA/MA/SMK Se-derajad buruan medaftarkan diri di kampus Biru IKIP Muhammadiyah Maumere Jl. Jenderal Sudirman, Waioti, Maumere, NTT. Gelombang terakhir atau gelombang ke-3 ini di buka mulai Tanggal 03 Juli s/d 09 September 2017.

Berikut persyaratan yang perlu dilengkapi oleh calon pendaftar mahasiswa baru IKIP Muhammadiyah maumere ;
  1. Foto kopi Ijazah terakhir yang telah dilegalisir 2 (dua) lembar
  2. Pas Foto ukuran 3x4 (2 lembar)
  3. Foto Kopi KTP (2 Lembar)
  4. Foto Kopi Kartu Keluarga (2 Lembar)
  5. Map Snalhecter (2 buah) 



Informasi lainnya berkaitan dengan pendaftaran mahasiswa baru atau berkaitan dengan biaya kuliah di Kampus Biru IKIP Muhammadiyah Maumere silahkan kunjungi situs resmi pada link berikut :  http://www.ikipmumaumere.ac.id atau anda juga dapat menghubungi: Murdjoli Roja (HP 081398088042)/ Adi Jufriansyah (HP 081270007395).

    Demikian informasi penerimaan mahasiswa baru di Kampus biru IKIP Muhammadiyah maumere yang dapat kami berikan. Sumber; newspbsiikipmuhmaumere.blogspot.com

    KABAR GEMBIRA: IKIP MUHAMMADIYAH MAUMERE BUKA GELOMBANG KE-3 PENDAFTARAN MAHASISWA BARU

    @News_PBSI- Kabar gembira bagi siswa lulusan SMA/MA/SMK Se-derajad. Kini, kampus biru IKIP Muhammadiyah Maumere telah membuka pendaftaran bagi calon mahasiswa baru pada golombang ke-3.

    Penerimaan calon mahasiswa baru tahun akademik 2017/2018 di IKIP Muhammadiyah Maumere di buka melalui 3 gelombang yaitu; 1) Gelombang 1 (09 Januari s/d 1 April 2017), 2) Gelombang 2 (03 April s/d 1 Juli 2017) dan 3) Gelombang 3 (03 Juli s/d 09 September 2017)

    Berikut persyaratan yang perlu dilengkapi oleh calon pendaftar mahasiswa baru IKIP Muhammadiyah maumere ;
    1. Foto kopi Ijazah terakhir yang telah dilegalisir 2 (dua) lembar
    2. Pas Foto ukuran 3x4 (2 lembar)
    3. Foto Kopi KTP (2 Lembar)
    4. Foto Kopi Kartu Keluarga (2 Lembar)
    5. Map Snalhecter (2 buah) 
    IKIP Muhammadiyah Maumere

    Informasi lainnya berkaitan dengan pendaftaran calon mahasiswa baru di kampus Biru IKIP Muhammadiyah Maumere anda dapat mengunjungi situs resmi pada link berikut :  http://www.ikipmumaumere.ac.id atau anda dapat menghubungi: Murdjoli Roja (HP 081398088042)/ Adi Jufriansyah (HP 081270007395)


    Demikian informasi penerimaan mahasiswa baru di Kampus biru IKIP Muhammadiyah maumere yang dapat kami berikan. Sumber; newspbsiikipmuhmaumere.blogspot.com


    Jumat, 21 Juli 2017

    PBSI; TERJUNKAN 23 MAHASISWA IKUT KEGIATAN KKNP PERIODE 2017

    @News-PBSI-Sebanyak 23 Mahasiswa pada program studi pendidikan bahasa & sastra Indonesia angkatan 2014, kini mengikuti kegiatan KKNP (Kuliah Kerja Nyata Pendidikan) periode 2017.(15/07/2017)

     Kegiatan KKNP,  merupakan bentuk aplikatif dari salah satu mata kuliah prasyarat setara 4 SKS yang wajib ditempuh oleh setiap mahasiswa pada jenjang studi semester akhir. Kegiatan KKNP ini, dilakukan oleh mahasiswa di luar kampus bersama masyarakat dalam rangka menyukseskan salah satu program yang tertuang dalam Catur Darma Perguruan Tinggi yaitu pengabdian kepada masyarkat.

      Dalam pelaksanaannya, kegiatan KKNP diselenggarakan oleh LP3M IKIP Muhammadiyah Maumere. Adapun pelaksanaan KKNP ini, dilakukan oleh mahasiswa selama 1 1/2 bulan Sejak tanggal 17 Juli hingga 31 Agustus 2017.

       Berikut sebaran peserta KKNP Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia T.A 2017/2018. (Sumber;newspbsiikipmuhmaumere.blogspot.com)

    SEBARAN PESERTA KKNP PROGRAM STUDI PBSI
    TAHUN AKADEMIK 2017/2018
    NO
    MAHASISWA
    NIM
              KECAMATAN
    1
    Theresia Yuniarti Nair
    2014.02.03.026
    Waiblama
    2
    Elisabeth E. Williyanti
    2014.02.03.004
    3
    Maria M. Dolvin
    2014.02.03.012
    4
    Maria Ansiana Moi
    2014.02.03.011
    Talibura
    5
    Muhammad S.A.Nurawi
    2014.02.03.015
    6
    Yasinta Afrianti
    2014.02.03.032
    Waigete
    7
    Selestina Seles
    2014.02.03.022
    8
    Yustina Viani
    2014.02.03.036
    9
    Nurmawati
    2015.02.03.028
    Kewapante
    10
    Yulita Nelsi Triani Liwu
    2014.02.03.036
    11
    Salvatrix Mone
    2014.02.03.021
    Hewokloang
    12
    Koprnelia Ina L. Tapo
    2014.02.03.009
    13
    Muhammad I. W. Amri
    2014.02.03.014
    Kangae
    14
    Valentina Kedi
    2014.02.03.028
    Alok Barat
    15
    Lusia Seda
    2014.02.03.010
    Alok Timur
    16
    Zaing
    2014.02.03.013
    17
    Nahdira
    2014.02.03.016
    Alok (Desa Pemana)
    18
    Stefanus Vivianto
    2014.02.03.024
    19
    Veronika Dua Nalu
    2014.02.03.029
    20
    Paskalis Kanga
    2014.02.03.020
    Koting
    21
    Elisabeth Fau
    2014.02.03.005
    Paga
    22
    Cecilia Stefani
    2014.02.03.003
    23
    Fransisikus Jefri Jerolis
    2014.02.03.006

    Senin, 17 Juli 2017

    OPINI: PERCERAIAN MERUPAKAN SOCIAL PATHOLOGY

    "Perceraian Merupakan Social Pathology"
    Oleh: Darman Eldin

     Berangkat dari hadist yang diriwayatkan Abu Daud dan Ibnu Majah, bahwa: ”sesuatu yang halal (dibolehkan) yang paling tidak disukai Allah ialah perceraian. Artinya bahwa perceraian itu diperbolehkan dalam agama Islam namun sebagai upaya terakhir bersifat darurat yang mendesak. Dan kemudian upaya arbitrase ditempuh sebagai upaya mempertahankan ikatan pernikahan dan melindungi anak-anak. (Stephen R. Covey, 2000). Karena dampak perceraian sangat tidak sehat terhadap perkembangan psikologi dan kejiwaan anak serta otomatis kelangsungan perilaku dan tingkah laku mereka yang berdampak pada ketidak percayaan diri dan bahkan minder dengan anak-anak sebaya mereka. Anak dari korban perceraian akan merasa tidak diperhatikan dengan kehidupan yang akan mereka jalani. Merasa terkucilkan dari lingkungan mereka bermain dan bersosialisasi dengan orang-orang di sekitar mereka tinggal. Ketidak percayaan diri akan selalu tertanam dalam sanubari mereka yang menjangkiti perasaan mereka yang kemudian berakhir dengan kesendirian yang menyayat hati.
         Orang tua antara ayah dan ibu yang menjadi tumpuan dan dambaan anak-anak, idealnya harus berkorban jiwa dan raga demi kelangsungan hidup generasi mereka yang kelak menjadi pemimpin ummat. Percekcokan dan pertengkaran itu seharusnya dijadikan sebagai alat barometer dalam rumah tangga untuk memonitoring sejauh mana kasih sayang antara suami dan istri itu terealisasi dalam membangun sebuah mahligai rumah tangga. Terasa damai dan tentram berumah tangga apabila kekurangan dan kelebihan pasangan dijadikan sebagai keunikan tersendiri yang ada pada diri pasangan masing-masing. Apa tak lagi dalam sebuah keluarga diberikan oleh Allah karuni dan rezeki yang mulia dengan hadirnya anak menjadi titipan dan amanah yang harus dijaga dan dipelihara dengan sebai-baik mungkin. Anak atau keturunan adalah karunia dari Allah SWT yang dianugerahkan kepada suatu keluarga dan sekaligus sebagai amanat Allah yang harus dipelihara dan dijaga keselamatannya.(Mohammad Surya, 2001)
         Oleh karena itu, selaku orang tua berkewajiban dalam rangka pemeliharaan dan pembimbingan terhadap anak-anaknya yang diamanahkan kepadanya agar kelak nantinya menjadi manusia yang seutuhnya insan kamil yang berakhlak mulia menjadi dambaan keluarga dan agama. Alangkah indahnya hakikat anak menurut agama Islam dan jelas mempunyai makna yang amat mendalam, luas, holistik dan komprehensif dalam berbagai dimensi kehidupan. Dialah yang akan menjadi tumpuan dan harapan orang tua yang akan menjaga keharmonisan dalam sebuah keluarga. Anak pula yang kemudian akan mengangkat harkat dan martabat serta nama baik keluarga kelak di masa yang akan datang. Mengharumkan nama baik keluarga jikalau mereka berhasil menggapai kesuksesan yang mereka idamkan selama menjalani kehidupan. Semua itu membutuhkan pengorbanan jiwa dan raga bagi anak-anak untuk menggapai sebuah keberhasilan yang dicita-citakan. Kesemuanya itu dapat teralisasi jikalau ada sport serta dukungan real yang sifatnya kontinyu terur-menerus dilakukan dari kedua orang tua kepada mereka untuk memberikan kekuatan untuk menggapai  mimpi yang mereka impikan.
         Inilah gambaran ideal yang semestinya dijadikan sebagai pedoman acuan bagi para orang tua di tengah-tengah masyarakat khususnya di wilayah Kabupaten Sikka. Untuk menjaga keturunan mereka dari segala macam ancaman yang merusak mental kejiwaan dan perilaku anak-anak agar kelak keluarga yang didambakan sebagi keluarga sakinah (ketenangan), mawaddah (cinta), dan rahmah (kasih sayang) itu dapat dicapai. Semua keluarga sejatinya mengimpikan keluarga yang tenang dari segala macam gangguan yang tidak diinginkan, semisal contoh pertengkaran dan lain sebagainya yang dapat menggangu keharmonisan keluarga.
         Cinta dan kasih sayang merupakan kodrat setiap insan yang paling mendasar dalam membina sebuah keluarga karena dengan cinta dan kasih sayang yang tumbuh antara bapak, ibu dan anak akan melahirkan keluarga yang rukun, damai dan santosa yang menjadi tuntunan seluru insan manusia. Karena dengan besarnya cinta kasih yang terpupuk indah dalam sanubari maka seorang suami akan merasakan nyaman tinggal bersama istri, demikian pula sebaliknya istripun merasa bahagia hidup bersama suami dan anak pun demikian sudah dipastikan merasakan tenteram kehidupannya di tengah-tengah keluarga. Justru yang terjadi sebaliknya, anak yang menjadi korban dari keretakan sebuah keluarga yang berakhir dengan perceraian mengalami depresi yang tidak lazim lagi dengan sebutan broken home. Anak broken home adalah anak yang hasil  kegagalan rumah tangga atau seorang anak yang memiliki keluarga tidak harmonis Karena anak tidak memperoleh kasih sayang, asuhan, bimbingan dan pembinaan dalam pengembangan sikap, perilaku, penyusaian diri serta pengawasan dari orang tua yang memudahkan terseretnya anak dalam pergaulan masyarakat yang bebas tanpa kontrol dan lingkungan yang kurang sehat. Yang berakibat tidak terjaminnya kelangsungan hidup generasi yang sejahtera dari segi mental dan fisik anak. Kemudian berdampak pada tingkah laku dengan berprilaku yang kurang baik dengan istilah anak nakal dan lain sebagainya.
    Anak-anak yang seharusnya mendapatkan pendidikan keluarga untuk melatih kepekaan terhadap lingkungannya malah harus menelan “pil pahit” dengan terjadinya perceraian kedua orang tuanya yang tentunya kasih sayang itupun pupus untuknya. Kemudian ke mana dia harus menggantungkan harapan untuk kelangsungan hidupnya dalam menatap hari-hari esoknya dengan sentuhan kasih dan belaian sayang dari kedua orang tuanya. Harapan itu terasa hampa bagai anak-anak yang mengalami problematika kehidupan dimana kedua orang tuanya berpisah dengan jalan bercerai. Yang kemudian diperparah lagi dengan anak remaja putus sekolah karena terlantar tanpa ada kontrol dari keluarga yang telah berpisah hanya karena persoalan sepeleh. Keegoisan kedua orang tua yang berimbas pada tergadaikannya masa depan anak-anak disebabkan perbuatan ayah dan ibu mereka yang mengedepankan ego masing-masing yang merusak tatanan perilaku dan masa depan anak.
         Putus sekolah adalah  merupakan potret suram yang lumra biasa terjadi pada anak-anak yang sejatinya masih membutuhkan pendampingan kedua orang tuanya. Yang selanjutnya munculnya kenakalan anak remaja yang tidak terkontrol berakibat kesenjangan strata sosial yang selama ini terjadi. Masa dimana anak-anak masih membutuhkan sentuhan tangan dari kedua orang tuanya dalam menggapai cita dan cinta, kini harus ternodai dengan perilaku orang tua yang lebih mementingkan diri mereka masing-masing ketimbang peduli dan peka dengan anak mereka. Inilah realitas yang terjadi di kehidupan masyarakat Kabupaten Sikka, dimana anak-anak putus sekolah sangat tinggi dan kenakalan anak-anak tidak terkontrol yang berdampak pada perilaku yang tidak baik bagi dirinya sendiri bahkan lingkungan. Anak remaja usia muda yang harus produktif belajar dan berkarya untuk perbaikan jati diri mereka, justru hidup tanpa arah tujuan yang jelas.
         Sejatinya keluarga dan pemerintah Kabupaten Sikka harus memiliki andil dan tanggung jawab yang besar dalam melakukan penaggulangan bahaya laten yang terjadi secara siknifikan dan untuk meminimalisir pada generasi pelanjut peradaban Sikka yang berkemajuan. Undang Undang Dasar 1945 jelas mengamanahkan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa bagi seluruh lapisan masyarakat tak terkecuali anak-anak yang kelak menjadi penerus peradaban Sikka yang berkemajuan di kemudian hari. (Darman Eldin, Dosen Program Studi PKn IKIP Muhamadiyah Maumere)

    Senin, 10 Juli 2017

    OPINI; INDAHNYA PERBEDAAN DI KAMPUS BIRU IKIP MUHAMMADIYAH MAUMERE

    "Indahnya Perbedaan di Kampus IKIP Muhammadiyah Maumere"
    Oleh; Qiqi Ayu

    Kampus, selain tempat belajar mahasiswa, juga merupakan miniatur Indonesia dengan bangsa dari berbagai latar belakang suku, agama, ras dan antargolongan. Perbedaan yang ada di lingkungan kampus bukan menjadi penghalang untuk menimba ilmu, namun justru menjadi warna indah dalam bingkai toleransi. Dari lingkungan kampus inilah, tangan yang selama ini tidak saling mengenal justru saling bergandengan, membantu dan memberikan dukungan satu sama lain demi meraih masa depan yang gemilang. Canda dan tawa dalam menjalani aktivitas di lingkungan kampus menjadikan ikatan pertemanan, persahabatan, dan bahkan persaudaraan.
    IKIP Muhammadiyah Maumere merupakan kampus yayasan Islam Muhammadiyah tetapi sebagian besar mahasiswanya beragama Katolik, ini di karenakan kampus berada di tengah-tengah masyarakat yang memeluk agama Katolik. Kota Maumere, kabupaten Sikka yang terletak di pulau Flores Nusa Tenggara Timur ini sebagian besar penduduknya adalah pemeluk agama Katolik jadi wajar saja jika sebagian besar mahasiswa IkipMu Maumere beragama Katolik.
    Itu adalah keunikan-keunikan yang ada di perguruan tinggi. Harus diberikan kebebasan kepada setiap perguruan tinggi, tidak boleh ditentang, karena itu otoritas kampus.
    Situasi itulah yang dirasakan oleh Rizky Ayu Bestari, seorang muslimah asal Kediri, Jawa Timur, yang saat ini menjadi mahasiswa Pendidikan Bahasa Inggris, IKIP Mumammadiyah Maumere. Kiki begitu teman-teman memanggilnya, merupakan mahasiswa pindahan dari Universitas Islam Kadiri. Dia masuk di IKIP Mumammadiyah Maumere pada tahun ajaran 2016/2017. Ia baru merasakan kuliah bersama mahasiswa yang lebih banyak memeluk agama Katolik karena di kampus lamanya merupakan kampus Islam dan 90% mahasiswanya muslim. Sedangkan di IKIP Mumammadiyah Maumere teman, dosen, sampai karyawan dari berbagai daerah dan agama, tetapi selama kuliah di IKIP Mumammadiyah Maumere, Kiki tidak pernah mendapat perlakuan yang berbeda. Selama kuliah di IkipMu Maumere, tidak ada istilah mayoritas dan minoritas. Ia justru mendapat pelajaran baru cara menghormati satu sama lain.
    Seperti yang baru-baru terjadi adalah seluruh umat muslim menjalankan puasa di bulan Ramadhan. Saat bulan puasa, teman-teman yang nonmuslim selalu menghormati dengan tidak makan atau minum di depannya, bahkan mereka selalu minta maaf kalau mau makan dan pergi jauh-jauh, Kiki justru merasa tidak enak, karena baginya sebenarnya itu tidak masalah.
    Pihak kampus, juga memberikan waktu seluas-luasnya bagi mahasiswa untuk menjalankan ibadah sesuai agamanya. Misalnya, saat waktu salat zuhur, meski sedang kuliah, mahasiswa yang beragama Islam diperbolehkan meninggalkan kelas untuk menjalankan ibadahnya. Pelajaran agama pun bersifat diskusi tanya-jawab. Bagaimana mengenal agama-agama di Indonesia, bagaimana menjaga kebinekaan, dan saling menghormati.
    Di lingkungan IKIP Mumammadiyah Maumere, melihat mahasiswa beragama Katolik duduk bersama mahasiswa berjilbab, bercanda, makan bersama atau berdiskusi sudah hal yang biasa. Ada juga yang tinggal satu kos, bahkan ada teman Kiki yang Bergama Katolik dari jurusan lain yang pernah meminjam jilbabnya karena ingin merasakan bagaimana cara memakai jilbab. Dan saling bertukar pengalaman tentang agama masing-masing.
    Perbedaan bukan menjadi penghalang untuk menjalin pertemanan maupun persaudaraan. Justru perbedaan itu harus dirayakan dan menjadi indah.
    Satu hal yang menarik dari sebuah dinamika toleransi dan persaudaraan yang Kiki rasakan salah satunya adalah ketika shalat zuhur , misalnya, mahasiswa yang nonmuslim sering mengantar/menemani jalan kaki mahasiswa muslim ke masjid depan kampus dan sering kali mengingatkan agar jangan bolos shalat. Bahkan pernah waktu kuliah hari jum’at Dosen pengajarnya beragama Katolik, beliau dengan semangat mengingatkan pada teman laki-laki yang beragama Islam agar berangkat shalat Jum’at.
    Di IKIP Mumammadiyah Maumere, mereka yang mahasiswa perempuan nonmuslim di persilakan tidak mengenakan jilbab, tidak ada paksaan untuk mengikuti ibadah sesuai agama Islam. Mereka dipersilahkan menjalankan ibadah sesuai keyakinannya masing-masing. Mahasiswa nonmuslim memilih menuntut ilmu di kampus Islam tentu atas dasar ingin mendapatkan apa yang tak bisa didapatnya di kampus lain. Kehidupan toleransi di lingkungan kampus IKIP Mumammadiyah Maumere ini justru bisa menjadi contoh untuk di terapkan di lingkungan masyarakat.
    Oleh karena itu mahasiswa yang patut di acungi jempol ialah mahasiswa yang dapat memahami dirinya sendiri, saling mengingatkan, toleransi dan juga mengindahkan perbedaan. Hal tersebut juga dapat membantu masyarakat agar terciptanya keamanan dan kenyamanan bersama di lingkungan masyarakat.
              Berbagai dinamika tersebut mengidentifikasikan bahwa kampus merupakan tempat yang sangat berpengaruh kepada mahasiswa baik di kehidupan saat berkuliah dan kehidupannya yang akan mendatang karena itulah yang akan menentukan nasib mahasiswa itu sendiri kemanakah dia atau apakah yang akan dia lakukan setelah meraih gelar Sarjana.

     Oleh; Qiqi Ayu

    Jumat, 07 Juli 2017

    OPINI; Pentingnya menanamkan budaya membaca di IKIPMu Maumere

    "Pentingnya menanamkan budaya membaca di IKIPMu Maumere"
    Oleh: Ayu Koban (ayukoban4@gmail.com)

    Membaca merupakan sebuah keharusan bagi seluruh manusia guna memperoleh ilmu pengetahuan.Kegiata membaca merupakan kegiatan yang sangat penting bagi kehidupan manusia,karena dengan membaca dapat memperkaya dan memperluas wawasan kehidupan.Sehingga pembaca mampu untuk mendewasakan diri.Maka tidak heran jika seseorang ingin belajar sebuah ilmu dia harus bisa memahami isi dan maksud keilmuan tersebut melalui sumber-sumber buku,dan sebelum mempelajari  sebuah pemahaman dalam buku-buku tersebut,seseorang harus melalui proses yang sangat penting yaitu membaca.Dan jika seseorang  ingin terus menerus menambah keilmuannya,dia harus senantiasa selalu membaca,membaca dan membaca.
    Kini di zaman reformasi ini, tentu bukan lagi perjuangan mengangkat senjata yang diperlukan. Setiap zaman memiliki tantangannya tersendiri, setiap zaman memiliki tokohnya masing-masing dengan kisah-kisah masing-masing yang mengintainya termaksud kita sebagai pelajar atau mahasiswa. Ketika kita  mendengar kata mahasiswa tentu ada banyak sekali pandangan positif. Mahasiswa adalah orang yang tahu segalanya, mahasiswa identik dengan buku dan hal-hal yang berbau pengetahuan dan keterampilan. Tetapi seiring dengan perkembangan zaman mentalitas membaca sangat merosot dikalangan mahasiswa.
    Membaca buku atau literature adalah sumber referensi yang sangat penting bagi mahasiswa. Sayangnya, minat baca mahasiswa saat ini terlihat sangat minim. Perkembangan teknologi informasi membuat mahasiswa lebih sering mencari informasi dari internet dibanding buku. Rendahnya minat baca mahasiswa dapat dilihat dari jumlah kunjungan yang ada di setiap perpustaaan kampus. Perpustakaan biasanya terlihat ramai ketika Wifi di kampus sedang Connet dan digunakan oleh mahasiswa untuk mencari sumber atau referensi tugas mereka. Sebaliknya, pada hari-hari biasa yang banyak terlihat hanyalah mahasiswa yang sama yang sedang mengerjakan skripsi.
    Membaca bagi mahasiswa saat ini seperti bukan kebutuhan yang utama lagi. Jangankan untuk membaca buku tentang teori pelajaran, membaca Koran kampuspun terkadang mereka malas. Yang banyak dikunjungi mahasiswa saat ini justru website google seperti facebook, twiter, Instagram, Whatsaap, Line, BBM dan aplikasi media massa lainnya.
    Mengunjungi media massa memang tidak ada salahnya, namun membaca buku yang mengandung ilmu pengetahuan jauh lebih baik bagi mahasiswa. Mahasiswa membutuhkan bacaan yang mengandung ilmu pengetahuan agar intektualitas mereka lebih terasah. Dari membaca buku, mahasiswa juga bisa memperkaya kosa kata mereka serta mendatangkan inspirasi dan motivasi untuk menulis. Selain itu juga membaca juga dapat meningkatkan konsentrasi mahasiswa.
    Rendanya minat baca dikalangan mahasiswa sekarang, disebabkan oleh banyak faktor. Faktor utama adalah pendidikan dasar dari dari orang tua atau keluarga masing-masing. Jika sejak dini orang tua telah menanamkan  budaya membaca pada anak-anak mereka, makaniscaya hingga dewasa budaya itu akan tetap ada.
    Faktor kedua adalah pengaruh lingkungan. Perkembangan teknologi sperti internet memudahkan siapa saja mengakses informasi. Mahasiswa tidak perlu repot-repot membaca Koran atau buku untuk memperoleh informasi sekarang ini. Cukup bermodalkan  gadge canggih seperti smart phone, PC Tablet, dan Laptop serta koneksi internet, berbagai informasi dengan mudah mereka dapatkan.
    Keberadaan internet membuat setiap hal terasa lebih praktis daripada repot membaca buku tebal, banyak mahasiswa semakin bergantung pada internet dan meninggalkan buku sebagai acuan mendapatkan informasi dan ilmu.
    Tidak mudah memang membuat mahasiswa menjadi rajin membaca buku. Membaca merupakan kebiasaan yang terbentuk sejak dini. Agar tercipta generasi yang minat bacanya tinggi, maka para orang tua harus menanamkan budaya baca pada anak mereka sedari kecil. Ajari anak-anak membaca buku mulai dari bacaan ringan seperti cerpen, dongen dan buku cerita lainnya. Lama-kelamaan anak akan terbiasa membaca buku. Tingkat konsentrasi mereka pun akan semakin tinggi sehingga tidak akan merasa berat walaupun membaca buku yang tebal sekali.
    Jika sudah terlanjur dewasa dan menjadi mahasiswa yang malas membaca buku, maka akan sulit merubah kebiasaan tersebut. Salah satu hal yang akan mendorong mahasiswa membaca biasanya karena tututan tugas kuliah atau memang karena karena dosen yang memaksa.
    Minat baca mahasiswa terbentuk dari pribadi masing-masing. Hal yang penting untuk menumbuhkan minat baca mahasiswa adalah kesadaran. Mahasiswa harus sadar bahwa membaca buku adalah kebutuhan primer yang mutlak diperlukan agar mereka semakin berwawasan luas.
    Oleh karena itu,sebagai seorang mahasiswa kita harus rajin membaca,karena jika kita membaca,kita akan mendapatkan ilmu dari setiap apa yang kita baca.Maka dari itu,kita harus bisa menghilangkan rasa malas yang timbul dari dalam diri kita sendiri.Kita juga harus memanfaatkan sarana dan prasarana yang telah tersedia di sekitar kita,seperti perpustakaan,majalah Kampus,buku pelajaran dan lain-lain.

    Sebagai seorang mahasiswa IKIPMu ,sebaiknya menjadikan membaca sebagai suatu kebiasaan,karena membaca adalah satu cara agar wawasan kita bertambah.Jangan terlalu sering menggunakan waktu luang untuk melakukan hal yang sia-sia.