News PBSI IKIPMu Maumere

Senin, 10 Juli 2017

OPINI; INDAHNYA PERBEDAAN DI KAMPUS BIRU IKIP MUHAMMADIYAH MAUMERE

"Indahnya Perbedaan di Kampus IKIP Muhammadiyah Maumere"
Oleh; Qiqi Ayu

Kampus, selain tempat belajar mahasiswa, juga merupakan miniatur Indonesia dengan bangsa dari berbagai latar belakang suku, agama, ras dan antargolongan. Perbedaan yang ada di lingkungan kampus bukan menjadi penghalang untuk menimba ilmu, namun justru menjadi warna indah dalam bingkai toleransi. Dari lingkungan kampus inilah, tangan yang selama ini tidak saling mengenal justru saling bergandengan, membantu dan memberikan dukungan satu sama lain demi meraih masa depan yang gemilang. Canda dan tawa dalam menjalani aktivitas di lingkungan kampus menjadikan ikatan pertemanan, persahabatan, dan bahkan persaudaraan.
IKIP Muhammadiyah Maumere merupakan kampus yayasan Islam Muhammadiyah tetapi sebagian besar mahasiswanya beragama Katolik, ini di karenakan kampus berada di tengah-tengah masyarakat yang memeluk agama Katolik. Kota Maumere, kabupaten Sikka yang terletak di pulau Flores Nusa Tenggara Timur ini sebagian besar penduduknya adalah pemeluk agama Katolik jadi wajar saja jika sebagian besar mahasiswa IkipMu Maumere beragama Katolik.
Itu adalah keunikan-keunikan yang ada di perguruan tinggi. Harus diberikan kebebasan kepada setiap perguruan tinggi, tidak boleh ditentang, karena itu otoritas kampus.
Situasi itulah yang dirasakan oleh Rizky Ayu Bestari, seorang muslimah asal Kediri, Jawa Timur, yang saat ini menjadi mahasiswa Pendidikan Bahasa Inggris, IKIP Mumammadiyah Maumere. Kiki begitu teman-teman memanggilnya, merupakan mahasiswa pindahan dari Universitas Islam Kadiri. Dia masuk di IKIP Mumammadiyah Maumere pada tahun ajaran 2016/2017. Ia baru merasakan kuliah bersama mahasiswa yang lebih banyak memeluk agama Katolik karena di kampus lamanya merupakan kampus Islam dan 90% mahasiswanya muslim. Sedangkan di IKIP Mumammadiyah Maumere teman, dosen, sampai karyawan dari berbagai daerah dan agama, tetapi selama kuliah di IKIP Mumammadiyah Maumere, Kiki tidak pernah mendapat perlakuan yang berbeda. Selama kuliah di IkipMu Maumere, tidak ada istilah mayoritas dan minoritas. Ia justru mendapat pelajaran baru cara menghormati satu sama lain.
Seperti yang baru-baru terjadi adalah seluruh umat muslim menjalankan puasa di bulan Ramadhan. Saat bulan puasa, teman-teman yang nonmuslim selalu menghormati dengan tidak makan atau minum di depannya, bahkan mereka selalu minta maaf kalau mau makan dan pergi jauh-jauh, Kiki justru merasa tidak enak, karena baginya sebenarnya itu tidak masalah.
Pihak kampus, juga memberikan waktu seluas-luasnya bagi mahasiswa untuk menjalankan ibadah sesuai agamanya. Misalnya, saat waktu salat zuhur, meski sedang kuliah, mahasiswa yang beragama Islam diperbolehkan meninggalkan kelas untuk menjalankan ibadahnya. Pelajaran agama pun bersifat diskusi tanya-jawab. Bagaimana mengenal agama-agama di Indonesia, bagaimana menjaga kebinekaan, dan saling menghormati.
Di lingkungan IKIP Mumammadiyah Maumere, melihat mahasiswa beragama Katolik duduk bersama mahasiswa berjilbab, bercanda, makan bersama atau berdiskusi sudah hal yang biasa. Ada juga yang tinggal satu kos, bahkan ada teman Kiki yang Bergama Katolik dari jurusan lain yang pernah meminjam jilbabnya karena ingin merasakan bagaimana cara memakai jilbab. Dan saling bertukar pengalaman tentang agama masing-masing.
Perbedaan bukan menjadi penghalang untuk menjalin pertemanan maupun persaudaraan. Justru perbedaan itu harus dirayakan dan menjadi indah.
Satu hal yang menarik dari sebuah dinamika toleransi dan persaudaraan yang Kiki rasakan salah satunya adalah ketika shalat zuhur , misalnya, mahasiswa yang nonmuslim sering mengantar/menemani jalan kaki mahasiswa muslim ke masjid depan kampus dan sering kali mengingatkan agar jangan bolos shalat. Bahkan pernah waktu kuliah hari jum’at Dosen pengajarnya beragama Katolik, beliau dengan semangat mengingatkan pada teman laki-laki yang beragama Islam agar berangkat shalat Jum’at.
Di IKIP Mumammadiyah Maumere, mereka yang mahasiswa perempuan nonmuslim di persilakan tidak mengenakan jilbab, tidak ada paksaan untuk mengikuti ibadah sesuai agama Islam. Mereka dipersilahkan menjalankan ibadah sesuai keyakinannya masing-masing. Mahasiswa nonmuslim memilih menuntut ilmu di kampus Islam tentu atas dasar ingin mendapatkan apa yang tak bisa didapatnya di kampus lain. Kehidupan toleransi di lingkungan kampus IKIP Mumammadiyah Maumere ini justru bisa menjadi contoh untuk di terapkan di lingkungan masyarakat.
Oleh karena itu mahasiswa yang patut di acungi jempol ialah mahasiswa yang dapat memahami dirinya sendiri, saling mengingatkan, toleransi dan juga mengindahkan perbedaan. Hal tersebut juga dapat membantu masyarakat agar terciptanya keamanan dan kenyamanan bersama di lingkungan masyarakat.
          Berbagai dinamika tersebut mengidentifikasikan bahwa kampus merupakan tempat yang sangat berpengaruh kepada mahasiswa baik di kehidupan saat berkuliah dan kehidupannya yang akan mendatang karena itulah yang akan menentukan nasib mahasiswa itu sendiri kemanakah dia atau apakah yang akan dia lakukan setelah meraih gelar Sarjana.

 Oleh; Qiqi Ayu

Tidak ada komentar:

Posting Komentar